Pernahkah Anda datang ke McDonalds, ingin beli BigMac, lalu pelayan bilang, “Maaf mas/mbak, BigMac belum tersedia karena ada bahan yang belum tersedia.” Hampir dipastikan hal ini tidak pernah terjadi. Mengapa bisa begitu? Apa yang dilakukan McDonalds? Dan apa kaitannya dengan data?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Anda bisa mengambil contoh bagaimana perusahaan-perusahaan besar menggunakan data untuk berinovasi.
1. Analisa Data untuk Peningkatan Value di McDonalds
Saat Anda datang ke McDonalds, Anda mungkin sudah memiliki bayangan tentang apa yang ingin Anda makan. Termasuk bagaimana rasa dan kelezatan menu tersebut. Dan hampir dipastikan, Anda pasti akan mendapatkan apa yang Anda inginkan.
Ketersediaan menu dan bahan pembuatnya ini bukannya terjadi secara kebetulan. McDonalds menjalankan bisnisnya dengan menggunakan proses analisa data yang sangat baik. Bahkan mereka juga melakukan analisa data mengenai pertukaran ketersediaan bahan baku yang mereka miliki. Bahkan untuk menu yang memiliki beragam topping.
Analisa ini bahkan mencakup berapa banyak penggunaan bahan tersebut di hari tertentu. Seperti hari Sabtu, Ahad, hari kerja, hari kejepit, dan lain sebagainya. Dengan adanya analisa ini, maka McDonalds bisa menjaga value yang mereka miliki dengan baik. Yaitu value serve atau pelayanan terhadap kepuasan pelanggan.
2. Inovasi Oxygen Project di Google
Analisa data pada Google justru tidak dilakukan terhadap banyaknya orang yang menggunakan aplikasi Google atau login menggunakan browser Google. Tapi justru dilakukan secara internal. Analisa ini dinamakan sebagai Oxygen Project.
Oxygen Project dilakukan terhadap 10 ribu Performance Review dibandingkan dengan employee retention rate. Hasil project ini membantu Google untuk menemukan orang yang memiliki potensi untuk membangun Google menjadi lebih baik.
3. Pendekatan Analitis untuk Pembukaan Gerai Starbucks
Perusahaan selanjutnya adalah Starbucks. Di tahun 2008, Starbucks pernah mengalami satu kemunduran besar. Di tahun tersebut, ratusan outlet Starbucks mengalami penutupan. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pukulan besar bagi Starbucks.
Namun, kondisi tersebut justru mendorong CEO Starbucks, Howard Schultz, untuk melakukan pendekatan analitis. Pendekatan ini dilakukan untuk mengidentifkasi suatu lokasi sebelum membuka outlet Starbucks di tempat tersebut.
Baca juga: Keuntungan Berinovasi di Tempat Kerja
Proses pendekatan ini memberikan dampak yang sangat sepadan. Saat ini, Anda mungkin menyadari kalau tidak ada satupun outlet Starbucks yang sepi pengunjung. Hampir semua outlet Starbucks selalu ramai pengunjungan.
4. Analisa Data di Amazon dan Marketplace Lainnya
Ada satu company besar lagi yang juga melakukan analisa data, yaitu Amazon. Sebenarnya, analisa data di Amazon bukan hal yang baru. Sejak lama, Amazon selalu menangkap data siapa saja yang masuk ke aplikasi Amazon. Apa yang dicari, apa yang dibeli, dan lain sebagainya.
Hasil data yang didapatkan ini dikumpulkan dan digunakan kembali untuk dianalisa. Sehingga, setiap pengguna aplikasi ini bisa mendapatkan rekomendasi barang yang berbeda dan bersifat personal. Hal ini mungkin juga bisa Anda rasakan saat berbelanja di marketplace lokal Indonesia. Seperti Tokopedia atau Shopee.
Baca juga: Apakah Anda Sudah Berinovasi dengan Benar?
Pengumpulan data ini membuat setiap pengguna memiliki tampilan layar muka yang berbeda. Setiap orang akan mendapatkan rekomendasi barang yang paling sesuai dengan pola pencarian dan pembelian yang dilakukan. Hal ini tentu saja bisa meningkatkan transaksi di marketplace tersebut.
Nah, itulah beberapa contoh pentingnya data-driven dalam inovasi di perusahaan. Selain contoh-contoh tersebut, tentu saja ada banyak manfaat dan inovasi lain yang bisa Anda lakukan dengan mengandalkan data.
Comments